Rabu, 21 Oktober 2009

THE MOTIVATOR FOR EVERYBODY

Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan marah. Marah, terutamanya, adalah hal yang tak masuk akal.

Suatu hari, mobil vihara kami berhenti di lampu merah di samping sebuah mobil lainnya. Saya memerhatikan pengemudi mobil itu memaki-maki lampu merah, “Lampu brengsek! Kau tahu aku ada janji penting! Kau tahu aku sudah terlambat dan kau biarkan mobil di depanku lewat. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali.!”

Dia menyalahkan lampu merah, seolah-olah si lampu merah punya banyak pilihan. Dia pikir si lampu merah memang sengaja menyakitinya, “Aha! Ini dia datang. Aku tahu dia terlambat. Aku akan membiarkan mobil lain lewat dahulu, lalu…merah! Berhenti! Kena dia!” Si lampu merah mungkin tampak jahat, tetapi mereka hanyalah lampu merah, itu saja. Apa sih yang Anda harapkan dari sebuah lampu merah?

Saya membayangkan orang itu terlambat pulang dan istrinya memakinya, “Kamu suami brengsek! Kamu tahu kita ada janji penting. Kamu tahu tidak boleh terlambat dan kamu malah mendahulukan urusanmu ketimbang aku. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali!”

Si istri menyalahkan suaminya, seolah-olah si suami punya banyak pilihan. Dia pikir suaminya memang sengaja menyakitinya, “Aha! Aku ada janji penting dengan istriku. Aku akan terlambat. Aku akan bertemu dahulu dengan orang lain. Terlambat! Kena dia!” Para suami mungkin tampak jahat, tetapi mereka hanyalah para suami, itu saja. Apa sih yang Anda harapkan dari para suami?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus juga